Minggu, 03 Januari 2016

Review Peter Gourevitch; "Yet More Hard Times?" by AKM

  So, as being said in the previous article, gue bakal membuat blog yang toh tidak terbaca ini sebagai tempat arsip beberapa tulisan gue (mungkin sekarang jadi kebaca karena ada mahasiswa lain nyari tugas terus nyasar di sini hahaha). Okay, here goes, salah satu tugas wajib di semester 3.
  Btw biasanya pake footnote, but since gue emang gak gitu peduli juga rapi enggaknya kayaknya ini bakal jadi somewhat aneh aja karena endnote, tapi ya sudahlah.



Bahan Utama: Peter A. Gourevitch, Yet More Hard Times? : Reflections on the Great Recession in the Frame of Earlier Hard Times, (Cornell University Press: 2013), hlm. 253-275.

Awal Keruntuhan Ekonomi Global?
Apakah  krisis yang terjadi di Amerika Serikat pada 2008-2010 adalah awal dari berakhirnya tatanan ekonomi global? Ketika melihat krisis tersebut, sebenarnya kita harus melihat jauh sebelum periode dimana default kredit perumahan terjadi secara masif kala itu untuk memahami apa yang sebenarnya menjadi penyebab krisis yang berdampak global tersebut, tulisan ini akan mengulas krisis 2008 dengan bahan utama yaitu tulisan dari Peter Gourevitch. Tulisan ini akan dibagi menjadi tiga: (1) rangkuman dari tulisan Gourevitch; (2) perbandingan tulisan Gourevitch dengan penulis lain yang akan disertai argumentasi dari tulisan ini; dan (3) kesimpulan sebagai penutup dari tulisan ini.
Pertama, merangkum argumen Gourevitch mengenai krisis 2008, Gourevitch menyatakan bahwa krisis tersebut menghantam sentralitas finansial, dan ‘ledakan’ ini telah menjadi penurunan ekonomi terhebat setelah the Great Depression pada 1929 hingga 1930-an[1] ,dan efek krisis 2008 ini dapat dirasakan di seluruh dunia.[2] Gourevitch pun menyatakan awal mula krisis kala itu adalah kebijakan Amerika Serikat yang terlalu santai mengenai kredit, kebijakan fiskal, substantial leveraging, dan inovasi finansial.[3] Asumsi dasar Gourevitch mengenai tenaga pendorong krisis 2008 adalah regulasi mikroekonomi dalam sektor finansial yang membuat kekuatan makroekonomi dari gelembung ekonomi (bubble) meledak.[4]
Sebagai tulisan penutup pada buku Politics in Hard Times (PHT), menurut Gourevitch, PHT memiliki fokus utama  pada kebijakan-kebijakan makro: teori neo-klasik, perlindungan perdagangan, manajemen permintaan, dan kebijakan industri, namun demikian, hanya sedikit fokus yang diberikan pada institusi-institusi keuangan, tata kelola perusahaan, buruh, dan pendidikan.[5] Akan tetapi, berbeda dengan fokus PHT, seperti yang dinyatakan Gouveritch, dirinya lebih menekankan pada bingkai mikroekonomi dengan fokus struktur internasional untuk beragam pasar yang menciptakan ekonomi.[6]
Kedua, setelah melihat garis besar premis yang diberikan oleh Gourevitch, maka akan menarik untuk menganalisis sejauh mana premis tersebut dapat dibuktikan, hal pertama yang harus dilakukan adalah membuktikan awal mula, dan to what extent sebenarnya krisis 2008 itu terjadi sehingga dapat menjawab pertanyaan pada pembukaan tulisan ini.
Untuk memulai bagian analisis ini, tentu saja hal yang harus diketahui adalah prinsip permintaan dan penawaran, sederhananya seperti berikut: “jika harga naik, maka permintaan menurun, jika permintaan turun, maka persediaan bertambah, jika persediaan bertambah, maka harga akan turun” dengan pernyataan seperti ini akan terjadi ekuilibrium (harga keseimbangan). Setelah melihat prinsip permintaan dan penawaran, maka kita dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi sebelum krisis 2008, dan akhirnya menjadi penyebab krisis kala itu.
Pada akhir tahun 2000, suku bunga yang ditetapkan the Fed (bank sentral Amerika Serikat) adalah sebesar 6.5%, dan hal ini dimanfaatkan para investor untuk menyimpan uangnya di bank dengan mendapatkan treasure bill namun demikian pasca kejadian 9/11, the Fed menurunkan suku bunga dalam rangka menggairahkan dunia usaha, yaitu pada November 2003 menjadi 1% agar masyarakat Amerika Serikat menggunakan uangnya untuk berinvestasi dibandingkan menyimpan uangnya di bank, karena mereka justru dapat memanfaatkan suku bunga rendah ini untuk mendapatkan kredit murah.[7] Hal ini dimanfaatkan sejumlah pialang di Wall Street yang melakukan leverage; cara meminjam uang dalam jumlah besar dari bank, untuk digunakan membeli properti, yang kemudian akan dijual kembali untuk mendapatkan keuntungan berlipat. Hal ini meningkatkan permintaan investasi properti di Amerika Serikat, peluang ini pun diambil oleh pialang di Wall Street untuk menjadi penghubung antara keluarga yang ingin membeli rumah dengan pemimjam uang untuk membayar down payment (DP) sesuai yang telah disepakati dengan peminjam uang yang telah membeli rumah-rumah tersebut, sebagai tanda transaksi, maka keluarga tersebut akan mendapatkan mortgage (surat gadai).
Setelah itu terjadi, maka peminjam uang akan dihubungi oleh bank investasi, yang menginginkan properti yang dimiliki peminjam uang, properti pun dihargai dengan nilai yang tinggi, setelah itu bank investasi terus meneruskan pembelian atas sejumlah properti lainnya dan mengumpulkan mortgage dari properti-properti tersebut, sehingga kemudian kepada bank investasi ini masyarakat Amerika harus melakukan pembayaran.
Penjualan properti tersebut sebenarnya dikategorikan menjadi Collateralized Debt Obligation (CDO), yang intinya akan membagi tipe investasi properti ini ke dalam kategori aman, menengah, dan beresiko. Setelah the Fed menaikkan kembali suku bunga pada sekitar 2007, [8] sebenarnya hal itu telah menurunkan harga rumah dan menyebabkan sebagian pemilik rumah menjadi default alias tidak mampu membayar rumah mereka hingga akhirnya rumah pun menjadi hak milik dari peminjam. Dalam kondisi di mana hanya sedikit pemilik rumah yang mengalami default, maka peminjam pun semakin menjadi melunak dalam memberi izin CDO; misalnya saja tidak perlu membayar Down Payment, ataupun menunjukkan keterangan pendapatan, sehingga sejumlah pemilik rumah sebenarnya secara finansial tidak mampu membayar kewajibannya.
Hal tersebut menjadikan default terjadi secara massal, dan karena default terjadi secara massal, maka harga rumah langsung menurun secara drastis, pada akhirnya menyebabkan pemilik rumah yang bahkan masih mampu membayar cicilannya memilih untuk tidak meneruskan membayar karena jumlah cicilan sudah jauh melebihi nilai rumah yang telah berkurang secara signifikan. [9] Sehingga ketersediaan rumah menjadi jauh lebih banyak daripada permintaan, akibatnya sejumlah bank investasi yang sebelumnya telah berhutang kepada sejumlah pihak pada akhirnya gagak membayar hutang dan bangkrut (contoh terbaik adalah kebangkrutan Lehman Brothers pada September yang sebelum krisis 2008 tersebut adalah bank investasi terbesar nomor empat di Amerika Serikat. [10]
Dapat dilihat bagaimana berbedanya tujuan antar aktor dalam contoh Amerika Serikat ini, dengan banyaknya jumlah aktor yang terlibat maka kerjasama menjadi semakin sulit,[11] seperti yang disebutkan oleh Kenneth Oye dalam menjelaskan ‘kerjasama’ dalam anarki yang dapat dibandingkan dengan kondisi Amerika Serikat yang telah dituliskan sebelumnya dimana terjadi situasi para aktor ingin mencoba mendapatkan relative gains sebanyak mungkin. Hal ini dapat menyebabkan hal semakin bertambah buruk, ketika, perusahaan Amerika yang tengah mengalami gejolak ekonomi di dalam negeri harus menghadapi produk dari negara lain, yang mampu membayar pekerja mereka lebih murah sehingga mampu menjual produknya dengan harga sangat bersaing di Amerika Serikat. Akibatnya, cara termudah bagi perusahaan Amerika untuk bersaing dengan produk-produk dari negara tersebut adalah dengan ikut menyebarkan lahan usahanya agar mampu membayar upah pekerja secara lebih murah pula, akibat yang terjadi adalah semakin banyak pengangguran karena perusahaan berekspansi, menaikkan persentase pengangguran Amerika Serikat dari 5.0% pada Desember 2007, menjadi 9.5% pada Juni 2009.[12]. Dampaknya adalah pendapatan Amerika Serikat dari pajak berkurang, dan pengeluaran yang harus mereka keluarkan melalui program social aid/government benefit terus membengkak.[13] Pengeluaran yang terus membengkak ini mengakibatkan Amerika Serikat harus terus berhutang kepada sejumlah negara, bank, investor, sementara secara bersamaan Amerika mengalami perpaduan inflasi dan resesi, yaitu stagflasi.
Melihat sejumlah aktor disini: pemerintah Amerika Serikat, pemerintah negara peminjam bantuan, investor, dan bank, dapat dilihat bahwa sebenarnya hubungan yang terjadi diantara para aktor ini adalah hutang diantara sesamanya, dimana akan sangat beresiko apabila salah satu pihak tidak mampu membayar tagihannya; contohnya jika investor tidak mampu membayar tagihannya maka perusahaan tidak akan mampu membayar tagihannya (termasuk karyawannya), jika bank tidak mampu membayar hutangnya maka nasabah mereka tidak akan mampu mengambil kredit atau bahkan hanya mengambil tabungan pun tidak akan bisa, jika pemerintah negara lain tidak mampu membayar tagihannya maka hal sama akan terjadi pada perusahaan maupun bank mereka. Jika terjadi efek domino karena kegagalan pembayaran, maka ada kemungkinan besar akan terjadi kolapsnya ekonomi global; suatu kemungkinan yang sayangnya Gouveritch kurang gambarkan atau bahkan kurang sadari di dalam tulisannya.
Sebagai kesimpulan, sebenarnya dapat dilihat bahwa krisis yang terjadi pada 2008 tersebut disebabkan oleh masalah yang sangat fundamental, yang bahkan sampai sekarang terus menyebabkan pemerintah Amerika Serikat defisit setiap tahunnya, akan tetapi artikel dari Gourevitch, harus diakui memiliki data yang sangat menarik, namun tampak tidak terlalu membuka diri terhadap ekses-ekses yang mungkin terjadi di masa depan yang disebabkan oleh krisis ini. Sampai sejauh mana krisis tersebut terjadi? Sebenarnya kita masih mengalami krisis tersebut hingga hari ini. Apakah kolapsnya perekonomian global dimungkinkan? Jika melihat kondisi saat ini, dan bagaimana ‘mudahnya’ suatu negara terguncang sebesar Amerika Serikat terguncang oleh masalah yang diawali oleh sebagian kecil orang di Wall Street, hal itu lebih dari mungkin untuk terjadi dalam waktu yang akan datang.

Referensi

Blinder, Alan S. dan Mark Zandi “How the Great Recession Was Brought to an End”, (27 Juli 2010), hlm 1-22

Gouveritch, Peter. Yet More Hard Times? : Reflections on the Great Recession in the Frame of Earlier Hard Times, (Cornell University Press: 2013), hlm. 253-275.

Horwitz, Steven. “Causes and Cures for the Great Recession”, The Institute of Economic Affairs, (Juli 2012), hlm. 6

Oye, Kenneth A. “Explaining Cooperation under Anarchy: Hypotheses and Strategies”, World Politics, Vol. 38, No. 1 (Oktober 1985),  hlm.1-24

U.S Bureau of Labor Statistics. “BLS Spotlight on Statistics”, (Februari, 2012), hlm. 1-17

Verick, Sher. dan Iyanatul Islam, “The Great Recession of 2008-2009: Causes, Consequences, and Policy Responses”, (Mei 2010), hlm. 3-60




[1] Alan S. Blinder dan Mark Zandi,  “How the Great Recession Was Brought to an End”, (27 Juli 2010), hlm. 2
[2] Peter Gouveritch, Yet More Hard Times? : Reflections on the Great Recession in the Frame of Earlier Hard Times, (Cornell University Press, 2013), hlm. 253
[3] Gouveritch, Yet More Hard Times, hlm. 253
[4] Gouveritch, Yet More Hard Times, hlm. 253
[5] Gouveritch, Yet More Hard Times, hlm. 257
[6] Gouveritch, Yet More Hard Times, hlm. 260
[7] Steven Horwitz, “Causes and Cures for the Great Recession”, The Institute of Economic Affairs, (Juli 2012), hlm.6
[8] Horwitz, “Causes and Cures”, hlm. 6
[9]  Horwitz, “Causes and Cures”, hlm. 8
[10] Sher Verick dan Iyanatul Islam, “The Great Recession of 2008-2009: Causes, Consequences, and Policy Responses”, IZA Bonn, (Mei 2010), hlm.4
[11] Kenneth A. Oye, “Explaining Cooperation under Anarchy: Hypotheses and Strategies”, World Politics, Vol. 38, No. 1 (Oktober 1985),  hlm.4
[12] U.S Bureau of Labor Statistics, “BLS Spotlight on Statistics”, (Februari, 2012), hlm. 2
[13] Alan S. Blinder and Mark Zandi,How the Great Recession”, hlm. 7

Trial and Error, Back for Good

   So, after a couple of years being abandoned, I guess this is the right time to resurrect this blog. Anyways, this will only be used as an alternative to write on my views regarding anything, like literally anything.
    
   In the meantime, this will also be used to record some of my campus assignments as a precautionary action should anything bad happens to my laptop and its saving system (happened before), hope this blog can do its job properly in that regard.

       I will try to citate properly the source as well but won't be as strict as my assignment regulation I suppose.